Saya pernah mengikuti mata kuliah yang membahas tentang Nazi. Jika saya tidak salah, ada sebuah camp tempat orang-orang ditahan. Camp tersebut berada di sebuah tempat yang sangat dingin. Entah itu di Rusia atau di mana saya kurang tau. Seingat saya, saya diberikan informasi bahwa orang-orang tahannya tidak disiksa secara langsung. Mereka ditahan entah diberi makan dan minum saya lupa, yang saya ingat mereka disekap di sebuah ruang gelap. Berapa jumlah tahanannya saya tidak tahu tapi ada banyak orang yang ditahan di sana. Ketika pagi hari tiba, mereka semua dibawa keluar tanpa menggunakan busana apa pun. Suhu di tempat tersebut sangat dingin karena turun salju. Mereka harus bertahan melawan dinginnya suhu di sana. Ketika malam tiba barulah mereka dibawa masuk ke ruangan. Bagi yang tidak bertahan, mereka mati kedinginan. Saya tidak tahu, mayat mereka dibawa untuk dikubur atau dibagaimanakan.
Setelah lama tidak mendengar kisah tersebut, saya mendengar sebuah khotbah dari seorang pendeta. Khotbahnya menceritakan hal yang sama. Tapi fokus dari ceritanya adalah seseorang yang selamat dari masa penahanan tersebut. Orang ini ikut ditahan kemudian ia diselamatkan dan dapat melanjutkan hidup kembali. Dia adalah seorang psikolog, dia meneliti mengenai orang-orang yang dapat selamat dari masa penahanan tersebut. Penelitiannya menemukan bahwa orang yang memahami makna kehidupanlah yang dapat bertahan hidup. Dari faktor eksternal memang tidak menutup kemungkinan akan mati dalam masa penahanan tersebut, tapi ada banyak orang yang dapat bertahan hidup termasuk si psikolog itu.
Orang-orang yang mengetahui meaningful life dapat bertahan hidup walaupun ia mengalami kesusahan hidup yang begitu menyiksa. Orang-orang yang mati mereka mati karena faktor psikis juga. Mereka terlalu takut ketika masa penahanan tersebut. Jiwa mereka yang sakit ini mempercepat kematian mereka.
Dari kisah dan penjelasan di atas saya mengaitkan dengan kisah di Pulomas. Sekelompok orang merampok di rumah orang kaya. Perampok tersebut menyekap orang yang ada di rumah di sebuah kamar mandi. Di sini saya akan membahas sesuatu yang mungkin agak menyimpang dari pemikiran Anda. Saya bukan bermaksud membela si perampok. Saya hanya mengutarakan pendapat saya saja.
Saya baca berita mengenai alasan si perampok menyekap mereka di kamar mandi. Si perampok tidak ada niatan untuk membunuh. Dia hanya bermaksud untuk menyekap agar situasi menjadi lebih aman dan mungkin dia menjadi lebih bebas untuk mengambil harta yang ada di rumah tersebut. Saya juga membaca komentar dari netizen, dari komentar yang ada mereka semua tidak setuju dan menyatakan itu sebuah kebohongan. Pernyataan dari si perampok hanyalah kebohongan. Namun, di sini saya percaya dengan alasan si perampok.
Saya berpikir kalau memang si perampok niat membunuh pasti dia sudah tusuk atau tembak korban-korbannya. Si perampok tidak ingin ia tertangkap makanya dia hanya menyekap korbannya di kamar mandi dengan pikiran toh mereka nanti akan keluar. Entah itu ditolong orang lain dengan ada kerabat yang akan datang atau bisa menyelamatkan nyawa sendiri dengan merusak pintu. Namun, takdir berkata lain. Korbannya meninggal lebih dari separuh jumlahnya. Mungkin si perampok kaget juga mendengar berita kematian korbannya itu.
Saya pun juga ikut kaget, saya sudah melihat videonya, Kamar mandi tersebut memang ukuran standar kamar mandi biasanya. Kekurangan oksigen pasti, karena banyak orang juga yang disekap di sana. Tapi, yang menjadi perhatian saya adalah jika saya mengingat kisah penahanan yang dilakukan oleh kelompok Nazi itu lebih kejam. Korbannya ditahan dalam jangka waktu yang sangat lama dengan keadaan yang lebih mencekam.Mereka sengaja ditahan memang untuk dibunuh, tapi dibunuh secara tidak langsung. Oh ya, saya baru ingat korban yang ditahan tersebut itu adalah korban yang merupakan keturunan yahudi (itu kalau saya tidak salah ya). Hebatnya masih adalah yang selamat. Mungkin karena mereka paham betul tentang meaningful life. Jadi, mereka tidak mau mati hanya karena disiksa seperti itu. Mereka percaya adanya keajaiban atau terang kasih Tuhan (jika mereka mengenal Tuhan) sehingga mereka terus bertahan hidup dan menekan ketakutan di dalam diri mereka. Mereka menanti keajaiban itu datang sampai akhirnya mereka diselamatkan dan berhasil bertahan hidup.
Bukan saya menyepelekan kasus di Pulomas, disekap selama beberapa jam memang menyiksa pastinya. Namun, saya rasa mereka yang meninggal itu memliki rasa takut yang lebih besar daripada memiliki pengharapan akan nantinya mereka bisa bertahan hidup. Mereka takut sehingga jiwa mereka ikut remuk. Pikiran dapat membunuh seseorang. Saya pernah terus berpikiran negatif yang menimbulkan rasa takut berlebihan sehingga kepala saya pusing sampai mau pinsan. Belajar dari pengalaman saya juga, saya tidak mau mengisi pikiran saya dengan hal-hal negatif sehingga rasa takut itu muncul.
Kisah di Pulomas atau pun kisah penahanan yang mengerikan itu menginspirasi hidup saya. Walaupun situasi begitu mencekam, saya berusaha semaksimal mungkin untuk tidak takut. Saya seseorang yang percaya Tuhan. Saya percaya saya dizinkan untuk merasakan kehidupan karena memiliki sebuah tujuan yang berguna untuk orang lain. Saya juga sepemikiran dengan orang-orang yang paham tentang meaningful life. Saya tidak mau mati sia-sia. Saya tidak mau hidup saya hancur hanya karena situasi rumit dan menakutkan. Dulu saya merupakan seseorang yang mudah putus asa. Jika mengalami sebuah kegagalan saya lebih memilih untuk mengakhiri dan tidak mau bertindak lagi. Saya asyik memikirkan penyebab kegagalan saya kebanding saya mencari jalan untuk mencapai keberhasilan.
Karea saya selalu mencari penyebab, saya suka menyalahkan entah itu orang lain, situasi, atau diri sendiri. Seringkali kejadian itu membuat kepala saya sakit karena rasa takut mencekik saya. Saya seperti orang kesulitan bernafas. Untunglah Tuhan masih sayang dengan saya, setiap hal itu mulai muncul saya diingatkan bahwa saya punya Tuhan yang akan memberikan jalan untuk saya. Untuk itu, saya bertahan dari masalah itu. Harapan pun muncul dan saya selalu mencoba tersenyum walaupun itu aneh sekali awalnya. Tapi senyuman membantu saya untuk bernafas. Pernafasan saya menjadi normal dan pikiran saya mulai tenang. Saya rasa ketakutan itu memang bisa membunuh. Untuk itu, kita sebaiknya dapat mengontrol rasa takut yang ada di dalam diri kita sendiri. Berusahalah untuk bersikap tenang jika mengalami masalah. Ingat! Tuhan tidak diam ketika kita memohon bantuannya. Bahkan saya percaya, orang yang tidak mengenal Tuhan pun pasti Tuhan bantu juga. Jadi, tidak perlu takut berlebihan ketika tengah mengalami sebuah masalah.
Saya berpikir kalau memang si perampok niat membunuh pasti dia sudah tusuk atau tembak korban-korbannya. Si perampok tidak ingin ia tertangkap makanya dia hanya menyekap korbannya di kamar mandi dengan pikiran toh mereka nanti akan keluar. Entah itu ditolong orang lain dengan ada kerabat yang akan datang atau bisa menyelamatkan nyawa sendiri dengan merusak pintu. Namun, takdir berkata lain. Korbannya meninggal lebih dari separuh jumlahnya. Mungkin si perampok kaget juga mendengar berita kematian korbannya itu.
Saya pun juga ikut kaget, saya sudah melihat videonya, Kamar mandi tersebut memang ukuran standar kamar mandi biasanya. Kekurangan oksigen pasti, karena banyak orang juga yang disekap di sana. Tapi, yang menjadi perhatian saya adalah jika saya mengingat kisah penahanan yang dilakukan oleh kelompok Nazi itu lebih kejam. Korbannya ditahan dalam jangka waktu yang sangat lama dengan keadaan yang lebih mencekam.Mereka sengaja ditahan memang untuk dibunuh, tapi dibunuh secara tidak langsung. Oh ya, saya baru ingat korban yang ditahan tersebut itu adalah korban yang merupakan keturunan yahudi (itu kalau saya tidak salah ya). Hebatnya masih adalah yang selamat. Mungkin karena mereka paham betul tentang meaningful life. Jadi, mereka tidak mau mati hanya karena disiksa seperti itu. Mereka percaya adanya keajaiban atau terang kasih Tuhan (jika mereka mengenal Tuhan) sehingga mereka terus bertahan hidup dan menekan ketakutan di dalam diri mereka. Mereka menanti keajaiban itu datang sampai akhirnya mereka diselamatkan dan berhasil bertahan hidup.
Bukan saya menyepelekan kasus di Pulomas, disekap selama beberapa jam memang menyiksa pastinya. Namun, saya rasa mereka yang meninggal itu memliki rasa takut yang lebih besar daripada memiliki pengharapan akan nantinya mereka bisa bertahan hidup. Mereka takut sehingga jiwa mereka ikut remuk. Pikiran dapat membunuh seseorang. Saya pernah terus berpikiran negatif yang menimbulkan rasa takut berlebihan sehingga kepala saya pusing sampai mau pinsan. Belajar dari pengalaman saya juga, saya tidak mau mengisi pikiran saya dengan hal-hal negatif sehingga rasa takut itu muncul.
Kisah di Pulomas atau pun kisah penahanan yang mengerikan itu menginspirasi hidup saya. Walaupun situasi begitu mencekam, saya berusaha semaksimal mungkin untuk tidak takut. Saya seseorang yang percaya Tuhan. Saya percaya saya dizinkan untuk merasakan kehidupan karena memiliki sebuah tujuan yang berguna untuk orang lain. Saya juga sepemikiran dengan orang-orang yang paham tentang meaningful life. Saya tidak mau mati sia-sia. Saya tidak mau hidup saya hancur hanya karena situasi rumit dan menakutkan. Dulu saya merupakan seseorang yang mudah putus asa. Jika mengalami sebuah kegagalan saya lebih memilih untuk mengakhiri dan tidak mau bertindak lagi. Saya asyik memikirkan penyebab kegagalan saya kebanding saya mencari jalan untuk mencapai keberhasilan.
Karea saya selalu mencari penyebab, saya suka menyalahkan entah itu orang lain, situasi, atau diri sendiri. Seringkali kejadian itu membuat kepala saya sakit karena rasa takut mencekik saya. Saya seperti orang kesulitan bernafas. Untunglah Tuhan masih sayang dengan saya, setiap hal itu mulai muncul saya diingatkan bahwa saya punya Tuhan yang akan memberikan jalan untuk saya. Untuk itu, saya bertahan dari masalah itu. Harapan pun muncul dan saya selalu mencoba tersenyum walaupun itu aneh sekali awalnya. Tapi senyuman membantu saya untuk bernafas. Pernafasan saya menjadi normal dan pikiran saya mulai tenang. Saya rasa ketakutan itu memang bisa membunuh. Untuk itu, kita sebaiknya dapat mengontrol rasa takut yang ada di dalam diri kita sendiri. Berusahalah untuk bersikap tenang jika mengalami masalah. Ingat! Tuhan tidak diam ketika kita memohon bantuannya. Bahkan saya percaya, orang yang tidak mengenal Tuhan pun pasti Tuhan bantu juga. Jadi, tidak perlu takut berlebihan ketika tengah mengalami sebuah masalah.