Hari ini gue akan mencurahkan sesuatu yang sebenarnya mengganjal di dalam jiwa gue.
Akhir-akhir ini, mungkin sudah sekitar 5 bulan. Jerawat gue ga kunjung sembuh. Padahal sudah rutin melakukan berbagai treatment. Jerawat gue termasuk jerawat beruntusan, yang kalau sekali muncul udah kayak kerikil dilempar keroyokan. Banyak banget, bisa kali 20 lebih.
Gue juga bingung, entah itu karena stress, faktor makanan, faktor rute tempat kerjaan yang banyak debu jalanan, atau puber kedua. Gue ga paham. Soalnya udah lama banget gue ga jerawat kayak begini. Gue mulai jerawat beruntusan itu ketika SMA dan berakhir kuliah semester 2. Setelah itu muka gue mulus-mulus aja. Andaikan ada jerawat ya paling satu dua, itu juga akan hilang tanpa bekas setelah 5 sampai 7 hari.
Tapi, semenjak kerja, muka gue mulai jerawatan lagi, sampai sekarang pun masih dan menurut gue lebih parah dari sebelumnya. Sedih sih karena gue terbiasa dengan bare skin, jadi ke mana-mana ga perlu ngecover muka belebihan, cukup pake bedak dan lipstik aja. Sekarang gue harus ngecover kulit wajah dengan berbagai krim bahkan foundation. Ternyata mereka semua itu malah memperparah keadaan kulit wajah gue:(
Oke, akhirnya kemarin gue mutusin untuk facial karena gue merasa kulit wajah gue udah nampung banyak jerawat. Oh iya, gue pindah tempat untuk melakukan kecantikannya, karena skin clinic gue yang sebelumnya terlalu jauh dan sekarang ramai sekali. Kalau di tempat yang baru ini, pasien harus reservasi. Beberapa kali gue ke sana ya ga terlalu banyak dan kalau masalah harga agak mahal memang. Soalnya gue lihat yang berkunjung ke sana kalangan menengah atas.
Gue di tempat kecantikan itu sudah treament ke-4 dengan menggunakan berbagai skin carenya juga. Tapi hasilnya sama aja, belum ada perubahan yang signifikan. Nah, kali ini gue tanganin sama terapis yang agak berbeda guys, seragamnya beda sendiri, gue bisa tebak kalau mungkin dia kepala terapisnya. Selama treatment gue ga banyak ngomong karena emang gue kurang suka diajak ngomong selama treatment. Walaupun terapis tersebut beberapa kali mencoba untuk mengajak bicara gue, gue cuman iya-iyain aja. Soalnya dikomentarin muka gue terus yang sejujurnya buat gue kurang nyaman.
Dipenghunjung treatment, dia nawarin gue untuk melakukan treatment lainnya, gue bukan masalah diharga apa gimana. Tapi, lebih keberatan dengan efeknya, seperti kemerahan. Kerjaan gue selalu ketemu sama orang, jadi agak risih kalau muka gue merah-merah dan gue ga bisa pakai masker. Namun, terapisnya itu meyakinkan gue kalau efeknya ga bikin muka merah dan malah justru mengurangi kemerahan, yaudah gue iyain. Treament selanjutnya adalah IPL Rejuvenation. Gue ga paham itu apa, gue pernah coba IPL tapi waktu itu hasilnya ga begitu keliatan dan relatif cepet.
Sebelum IPL, terapisnya mengoleskan gel. Sambil ngolesin dia komentarin muka gue lagi dan menurut gue ini sih yang paling parah dan sungguh menyakiti hati gue. Dia bilang kalau muka gue komedonya banyak banget dan pori-porinya besar. Dia bicara dengan nada yang menurut gue itu udah termasuk bullying verbal. Jujur, di situ gue udah ga respon apa-apa karena ya wajar muka gue begini. Kalau muka gue mulus-mulus aja ngapain gue ke tempat kecantikan. Gue bukan tipikal cewe yang cantiknya buatan kalau gaada masalah kulit ya ga perlu ke tempat kecantikan.
Setelah dia udah ngolesin gel itu, dokternya datang. Dokternya ga bicara apa-apa. Ternyata IPLnya lebih cepat dari yang gue bayangkan. Kurang dari 10 menit. Setelah dokternya selesai, terapis itu datang kembali, dia cuci muka gue sambil berkomentar kembali. Nah, wajahnya sekarang lebih halus dipegang, ga geradakan. Dalem hati gue, ya habis facial kan komedonya dikeluarin shay, jadi ga geradakan.
Gue pulang dengan perasaaan kecewa sih ditambah lagi gue harus bayar mahal untuk treament yang a sampai 10 menit itu. Pulang-pulang kepala gue migrain, sudah kena body shaming yang bertubi-tubi, bayar mahal, dan ternyata muka gue merah banget udah kayak kena azab apa tau. Ini sudah satu hari setelah melakukan treatment, memang kemerahnya berkurang tapi sama seperti sehabis facial pada umumnya, muka masih kemerahan dibeberapa titik.
Gue ga tau nanti hasilnya bagaimana, tapi untuk kembali ke tempat kecantikan itu gue akan berpikir ulang. Mungkin akan cari tempat baru yang ga menengah ke atas, mungkin terapis di sana terbiasa nanganin pasien yang emang niatnya untuk menjadi cantik buatan seperti kinclongin muka atau sebagainya. Jadi, kalau nanganin wajah kayak gini, kaget dan malah jadi body shaming disepanjang melakukan treatment.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus